Jakarta – Kasus COVID-19 di beberapa negara Asia dilaporkan meningkat. Menurut Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, dari data juga terlihat peningkatan kasus di Hong Kong, Thailand, Singapura, maupun Malaysia terutama pada akhir Mei 2025.
Prof Erlina menegaskan, COVID-19 sebetulnya masih ada, tapi jumlahnya sangat sedikit. Jadi, ia menyarankan untuk tetap waspada dan tidak lengah.
“Intinya yang saya sampaikan adalah kita jangan lengah, karena buktinya negara tetangga naik kasusnya,” terang Prof Erlina saat dihubungi detikcom, Selasa (27/5/2025).
“Tapi, jangan panik juga. Karena tren yang sekarang menyerang itu adalah tren dari anak cucunya Omicron yaitu JN.1. Dan JN.1 ini gejalanya ringan-ringan saja, persis seperti flu. Jadi gejalanya ringan,” sambungnya.
Prof Erlina mengungkapkan mungkin pada orang-orang dengan sistem imun yang bagus, gejalanya mungkin tidak terlalu terasa. Yang perlu diwaspadai adalah orang-orang tua di atas 64 tahun, apalagi dengan komorbid.
“Karena laporan dari Hong Kong menyebutkan bahwa orang yang kemudian mendapat perawatan di rumah sakit adalah orang-orang tua yang dengan komorbid dan juga belum sempat divaksin,” jelasnya.
Menjelang Idul Adha dan long weekend ini, Prof Erlina menyarankan untuk tetap memakai masker saat berada di keramaian. Jangan lupa juga untuk rajin cuci tangan, khususnya bagi lansia dan orang yang memiliki komorbid.
“Karena mereka adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk tertular dan karena komorbidnya, sistem imunnya yang rendah bisa membuat gejala yang dialami mereka lebih berat sehingga perlu perawatan,” ujar Prof Erlina.
“Tapi, intinya secara umum gejala dari COVID-19 yang sekarang beredar ini, subvarian JN.1 ini gejalanya ringan saja. Jadi nggak usah terlalu khawatir,” tuturnya.